A Vanilla Favour: 2017

DESEMBER

Thought December 17, 2017

Gue lagi stuck di perpustakaan kampus, lagi nahan kesel karna tiba-tiba Hand Phone yang bisa dijadiin modem mendadak/tathering ga ada akses sama sekali, padahal udah di restart dan di kampus yang biasanya ada wifi ini juga ga ada. Gue sama sekali ga bisa buka email atau bahkan searching,

Ditambah lagi jurnal yang gue jadiin referensi dan gue pisahin dilemari paling atas perpustakaan lenyap, ga tau diberesin sama petugas atau emang lagi ada yang pakai. Sia-sia jadinya pas libur kerja dan kuliah kesini. Nyuri-nyuri waktu buat ke perpus atau bahkan bimbingan aja susah, gue sekarang lagi pura-pura buka jurnal referensi (tbh ini jurnal yang ga ada hubungan sama sekali buat skripsi gue) dan malah nulis curhatan ini sambil dengerin lagu ring my bell nya Bae Suzy (pake headset). Biar beberapa orang yang liat gue bolak-balik ke tumpukan buku ga mikir “What the hell she’s doing, so weird and annoyed.”

Yang bikin gue frustasi adalah waktunya mepet, mau izin ga masuk terus ga enak, apa lagi ada bumbu-bumbu ga enak yang harus didenger. Boleh ga sih ? gue nyerah aja ?

Setiap kalimat itu terlintas dikepala gue, biasanya gue nyaman ada di perpus gini, baca buku biar terus waras. Tapi kali ini serasa diburu waktu yang gue sendiri gatau bisa atau engga nya gue.

Pengen banget rasanya kerja atau ngelakuin hal-hal yang gue suka, nulis misalnya.

Jadi penulis ?

Iya itu impian gue, tapi gue malah stuck dan hopeless gini.

Mungkin suatu saat nanti bakalan gue wujudin, gue harus semangat kan ?

Iya harus !!!

Karena gue punya banyak impian yang harus gue wujudkan dan buat mama gue bangga, bahagia dimasa tuanya.

Gue lagi di mode yang siap meledak, capek, apa yang direncanakan ga berjalan sesuai apa yang seharusnya. Ada salah satu buku yang akan selalu gue inget buat jadi self reminder kalo “Siapa sih yang mengharuskan kita jadi begini begitu biar dibilang sukses ? ga ada kan ?” siapa yang mengharuskan kalo “Menikah itu harus menikah umur segini!” toh tanpa dibilang begitu kita udah bisa mikir.

Ya itu sedikit dari isi bukunya Gita Savitri, yang buat anak-anak atau orang yang sedang beranjak dewasa kayak gue gini bisa berdamai sama diri sendiri dan keadaan apapun itu.

Bedanya ka gita sekarang bisa melalui itu semua, sedangkan gue masih berjuang untuk “berdamai sama diri sendiri”.

Beneran deh sulit, sulit buat setiap makhluk hidup yang punya ego.

Terkadang kita menang ngelawan ego itu, siap tempur apapun rintangannya, tapi kadang kita cuma pengen di kamar, matiin lampu dan udah ga mau diganggu sama siapapun.

Apa lagi tipe introvert kayak gue gini yang masih suka lama bales WA, SMS atau angkat telepon.

Dan gue selalu butuh orang buat diajak diskusi, yang nyaman yang bisa kasih gue saran tanpa harus menghakimi atau membenarkan hal yang gue lakuin atau akan gue lakuin padahal itu salah. Orang yang ga akan bosen denger celotehan gue.

Mungkin karena gue salah satu tipe perempuan aneh, disaat perempuan lain cuma pengen didengerin dan ditemenin saat dia lagi sedih, galau ataupun down. Tapi klo gue itu ga bisa. Gue butuh sesuatu yang lebih konkret, saran yang bener-bener saran. Bukan cuma terlihat peduli padahal abis itu terserah lu mau kedepannya gimana.

Dan gue sendiri berusaha buat jadi orang yang ga akan tiba-tiba hilang saat orang-orang terdekat gue butuh gue disana.

Tulisan ini kayaknya sampai sini aja deh, gue mau pulang dan mau cari perpus yang buka sampai malem di Jakarta (Doakan yaaaa), yang banyak jurnal atau buku buat referensi. Sambil rebahan atau sekedar ngobrol sama mama

Oiya gue berharap dimasa depan nanti gue punya perpus sendiri yang konsepnya udah ada di kepala gue saat ini, hehehe..

Jakarta, 17 Desember 2017

With sweet sweat from head to knee.

Di perpustakaan sebuah universitas yang menjadi saksi bisu banyak orang-orang yang sedang berjuang.

Share |

IoT (Internet of Thought)

Apa Aja November 18, 2017

Internet adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, tapi sebenarnya apa sih internet itu ? menurut Wikipedia Internet adalah (kependekan dari interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia.Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaidah ini dinamakan internetworking ("antarjaringan").

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, kini internet tidak hanya dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dan hanya digunakan hanya sebagai sarana yang digunakan untuk mesin pecari (seperti Google, dll). Sudah banyak orang-orang yang menggunakan internet untuk mempermudah kegiatan bisnisnya, baik dalam mencari target pasar, mengamati inovasi yang dibuat perusahaan pesaing sekaligus untuk memasarkan produknya.

Secara tidak langsung internet menjadi Oase bagi pemilik usaha menengah maupun atas karena dapat menekan pengeluaran, yang tadinya harus memasarkan produk melaluli bazaar, door to door oleh sales atau menyebarkan brosur. Sehingga mengurangi pengeluaran untuk biaya cetak dan dapat meminimalisir jumlah pegawai dengan memanfaatkan “internet”.

Segala sesuatunya dapat langsung dicari, dilihat dan dilakukan hanya dengan duduk ditempat yang disukai didepan laptop atau gadget. Pekerjaan selesai tepat waktu, mood terjaga dan medapatkan ide-ide segar untuk bisnis yang dikembangkan.

Tentu saja siapa yang tidak mengidamkan “Kerja itu tidak harus selalu ngantor ?”

Semua orang pasti mendambakannya, pengusaha di Indonesia saat ini sebagian besar adalah wanita yang sudah menikah dan memiliki anak. CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah usaha menurut hasil sementara pendaftaran usaha Sensus Ekonomi (SE) 2016 sebanyak 26,7 juta wirausahawan non-pertanian atau naik sekitar 17,6 persen atau sekitar 4 juta orang dari hasil SE 2006 sebesar 22,7 juta wirausahawan.

Pasti mereka meginginkan yang terbaik untuk putra-putrinya, tidak kehilangan moment tumbuh kembang buah hatinya. Itu yang membuat banyak wanita beralih profesi dari pekerja kantoran menjadi pengusaha. Karena mereka melihat peluang, selain dapat membantu suami, mereka juga dapat menggunakan waktu luang mereka, karena segala sesuatunya saat ini menjadi lebih mudah di era digital ini.

Namun, sayangnya tidak semua masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk tujuan bisnis terlebih dalam binis online, karena beberapa masih menggunakan metode tradisional yaitu terjun langsung ke pasar, masih sedikit orang yang memanfaatkan kemajuan teknologi. Menurut Puspayoga yang dikutip dari Liputan 6 bahwa jumlah pengusaha di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan dengan negara tetangga. “Misalnya, jumlah pengusaha di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan pengusaha di Malaysia yang jumlahnya sebesar 6% dari total penduduknya. Rasio wirausaha di bawah negara te‎tangga kita. Singapura 7 persen, Malaysia 6 persen, Thailand 5 persen,” ucap Puspayoga.

Share |