Tulisan tentang keresahan "Dear Hunt"

August 05, 2018



Disclaimer : Gue nulis ini ga ada maksud untuk menggurui sama sekali, ini tentang keresahan gue aja, yang mungkin juga dirasain oleh segelintir orang.

Kalo dari judulnya mungkin kalian akan mikir ini untuk seorang laki-laki yang berarti dikehidupan gue, tapi jujur bukan kesana tujuan tulisan ini dibuat.
Ada yang udah nonton film Mission Impossible yang terbaru ? atau dengan gue tulis “Dear Hunt” udah ada yang bisa nebak ?

Lalu apa hubungannya dengan keresahan gue ?

Gue adalah salah satu minoritas dari  jurusan Teknik, lu tau apa yang jadi keresahan gue atau beberapa orang minoritas disekelompok mayoritas yang beda gender ?

Saat mengemukakan pemikiran atau bahkan pendapat ke temen sendiri.

“Kenapa perempuan itu baperan ? sensitive ?”

Gue ga menampik kalo perempuan itu lebih sensitive ketimbang laki-laki tapi memang begitu dia diciptakan dan menjadi salah satu kelebihan, dia jadi bisa ngeliat mana yang janggal dan engga, lebih tau niat-niat terselubung dibeberapa kondisi tertentu, menjadikan dia berpikir lebih dalam akan sesuatu hal tapi beberapa perempuan juga ada yang berpikir lebih logis dari kebanyakkan perempuan lainnya.


Yang salah kaprah dari baper itu menurut gue jadi membatasi seseorang untuk mengeluarkan opini atau pendapatnya untuk hal-hal yang memang salah, takut di judge “ah lo aja yang baperan ?”
Akhirnya apa ? kita cuma bisa mendem keresahan kita dan ngebiarin aja itu berlalu walaupun itu salah, dan kejadian itu akan terus berulang mungkin dengan orang yang sama di tempat yang berbeda ke orang yang berbeda. Karena kita ga mau negur orang itu dan takut dengan momok “baperan”.

Buat gue ga gitu, baru-baru ini gue mengutarakan keresahan gue. Tapi justru dapet respon yang kurang baik. Dibilang ga bisa enjoy, dibilang seharusnya gue bisa bedain temen yang bahasa verbalnya belum baik dan yang belum.

Oh damn ! gue sadar dan gue tau bahasa verbalnya belum baik tapi mau sampai kapan hal itu di diemin ? mau terus-terusan ngediemin temen lo yang lagi berbuat kesalahan ?

Dan kejadian baru-baru ini, juga ngebuat gue dibilang “ini anak ga paham maksud dibuatnya group ini.” 
Jujur gue dengernya cuma ngelus dada, karena lagi-lagi gue sadar dan tau niat mulia dari group itu adalah untuk ngebuat anggota di dalamnya lulus bareng-bareng yang buat kaum minoritas kayak gue gini adalah hal yang ga mudah tapi bukan berarti dengan menerimanya bantuan itu kita nyantai-nyantai atau pasrah aja. Engga sama sekali.

Tapi yang buat gue akhirnya memilih untuk left dari group itu adalah setiap orang berhak memperoleh ketenangan, terlebih buat kita minoritas. Ini adalah perang besar buat kita. Kita ingin semuanya cepat berlalu dengan hasil yang memuaskan. Disaat seperti ini penting untuk punya mental yang sehat. Itu yang sebenernya menurut gue belum berhasil dilakuin sama beberapa orang dan keputusan yang gue ambil bukan karena emosi sesaat, gue udah mencoba healing sendiri perasaan untuk bodoh-bodohin atau nolol-nolol-in diri gue sendiri karena beberapa statement toxic. Tapi gue ga berhasil, perasaan itu ga ilang seiring berjalannya waktu karena orang tersebut masih aja mengeluarkan statement yang justru buat kita bukan jadi semangat tapi justru sebaliknya.

Buat gue, Allah mengeluarkan kita dari hal yang “baik” pasti akan digantikan dengan yang “lebih baik”. Iya gue ga pernah bilang group itu ga baik. Cuma caranya aja yang salah.
Belum bisa aware dengan sekelilingnya, jatohnya jadi menjudge tanpa memahami.

Jadi apa hubungannya dengan Hunt ?

Hunt adalah tokoh utama dalam film Mission Impossible, yang menarik perhatian gue dari jaman teenager nonton Mission Impossible adalah bagaimana Hunt bisa memperlakukan anggota kelompoknya mengahadapi suatu misi yang mungkin ga bisa dilalui karena terasa terlalu berat.
Tapi Hunt sama sekali ga pernah mengeluarkan statement yang memojokkan anggota lain disaat atau situasi mendesak sekalipun, dia bersedia mengambil tanggung jawab sebagai pemimpin kelompok yang merangkul, tidak pernah membuat anggota yang lainnya merasa useless bahkan nge-down.

Kalian mungkin berpikiran, kenapa gue ga ngomong langsung sama orangnya ?

Udah. Itu semua udah gue lakuin karena ga ada yang mau gue tutup-tutupin tapi info terakhir yang gue denger, orang itu belum berubah. Masih tetap sama.
Judging.
Gue ga minta dia bersikap sama kayak Hunt tapi niat yang baik kalau penyampainnya salah pun ga akan sampe maksudnya ke orang-orang yang dituju.
Dan gue ga pernah takut untuk berdiri sendiri, udah dari lama gue merasakan sendiri dan paham dengan kalimat “Jangan pernah bergantung dengan orang lain karena yang didapat hanya kecewa.”

Yang mau gue bilang lagi adalah kalo seseorang atau beberapa orang seperti itu kita jumpai dan masih kayak gitu dan kita udah berusaha menegur tapi hasilnya nihil. Kita yang harus mengambil sikap.
Dengan ngejauh (untuk sementara waktu sampai batas yang belum ditentukan) bukan berarti kita benci sama orang-orang itu tapi justru itu lah cara menunjukkan kalo kita respect sama diri kita sendiri. Kita ga pernah bisa menyayangi atau memahami orang lain kalo kita ga bisa bersikap sama ke diri kita sendiri terlebih dahulu.


Terakhir, gue cuma mau bilang. Makasih Hunt walaupun tokoh itu fiktif (mungkin beneran ada di real life orang yang serupa) tapi setidaknya gue jadi tau kalo masih ada laki-laki yang berpikir logis tapi tidak egois dan merasa paling benar dan buat semua perempuan juga termasuk gue untuk ga bersikap demikian ke orang lain.

***

Kalo orang-orang yang bersangkutan baca ini dan masih punya pemikiran yang sama seperti awal, sebelum gue kembali ngutarain ini, gue yakin suatu saat nanti kalian pasti paham dari maksud gue “berubah lebih aware sama sekitar, berusaha memahami dan merubah cara pandang akan sesuatu hal.”
Gue juga akan sama-sama belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi.
I hope you’ll read it by eyes but touches by heart.
"if speaking kindly to plants helps them grow, imagine what speaking kindly to humans can do.”




Bye-bye sampai ketemu ditulisan-tulisan selanjutnya..



You Might Also Like

1 Comments