Aku mendongeng V

September 21, 2018


Cerita sebelumnya klik di sini.

Pict from IG meggs_1990


"Nanaaaaa!! Ayoooo terusss, semangatttttt!!!"
Sorak Bibi Lilian dari kursi belakang, kegirangan. Tiba-tiba aku merasa sedikit menyesal dengan ide sepeda ini.
"Bibi kenapa berat sekali sih?! padahal badan Bibi tidak terlihat berubah." 
Lagi-lagi cubitan bibi mendarat di punggung ku. 
"Aww! pasti punggung ku sekarang sudah berubah warna Bi, jadi warna warni. Merah untuk cubitan baru dan biru untuk cubitan sebelumnya." Protes ku menahan sakit.
Bibi Lilian tertawa kecil dan kembali bersorak menyemangati ku untuk mengayuh sepeda.

Aku memang kelelahan karena mengayuh sepeda, tapi sepadan dengan suasana yang di dapatkan. Kami melewati bawah jembatan, menyibakkan beberapa ilalang yang tidak terlalu tinggi, meninggalkan jejak roda di tanah. Melewati toko-toko roti, kedai kopi, bangunan bioskop tua yang sudah lama ditinggalkan, menikmati makan siang di salah satu restoran dengan nuansa klasik,
melihat turis mengambil foto dengan berbagi pose untuk kenang-kenangan. Kota ini memang selalu menyenangkan, bahkan untuk orang-orang yang baru pertama kali berkunjung.

Bibi Lilian membantu mengayuh sepeda dari pedal belakang, tidak tega mendengar nafas ku yang mulai tersengal. Aku memutuskan untuk beristirahat sebentar di tanah lapang, duduk menghadap sungai, melihat beberapa burung melintas di atasnya. Bibi Lilian ikut duduk di sebelah ku, memberikan air minum yang baru dia beli. Aku menghabiskannya dalam sekali minum.

Langit berubah warna menjadi jingga, kami bergegas ke stasiun setelah mengembalikan sepeda Oliver. Oliver sebenarnya memaksa aku dan Bibi Lilian untuk menginap, tapi kami kompak menolaknya. 
Sebelum berangkat Bibi Lilian sudah memastikan kalau aku akan kembali pulang sebelum larut malam, dan aku berjanji pada Bibi tidak akan melanggar kesepakatan. 

"Bibi ayooo!" Aku menggandeng tangan Bibi, kami berlarian ke arah kereta yang pintunya akan segera menutup, kalau telat sedetik saja, aku dan Bibi Lilian harus menunggu dua jam untuk kereta berikutnya.
"Waahhh, ternyata sensasi mengejar kereta bisa menyenangkan begini ya!" Celoteh Bibi Lilian seperti baru turun dari wahana di taman bermain.
Aku langsung duduk, tidak membalas celotehan Bibi. Mengatur nafas dan meluruskan urat-urat kaki.


Kami berdua jatuh tertidur, kelelahan. 

<To be continue..>


You Might Also Like

2 Comments

  1. Unik, ya, Mbak. Ceritanya singkat-singkat. Jadi nggak bosanin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mbak klo suka sama ceritanya, lanjutannya udah ada di 'Aku mendongeng VI'. Terima kasih udah mau mampir baca, ditunggu update cerita nya sampai tamat ya hehehe 😉🤗

      Delete