“Sebuah Kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan kemana langkah kaki akan dibawa Pergi.”
“Tapi
begitulah rumus kehidupan. Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah
seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban
itu tidak luntur. Maka semoga entah di
shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil
mengubahnya. Midah pasti pernah bilang itu kepadamu.”
Tuanku
Imam, Pergi – Tere Liye (Hal.86)
“Lagipula
pernikahan, urusan perasaan, cinta, kebencian, itu semua tidak sederhana yang
dilihat. Kadangkala tidak bisa dijelaskan, kadangkala dipenuhi kesalahpahaman,
kadangkala dipenuhi kesedihan dan kemalangan.”
Si
Babi Hutan, Pergi – Tere Liye (Hal.93)
“Aku
tidak akan membiarkan perasaan bersalah atau orang lain menghakimiku, karena
mereka tidak berhak melakukannya. Biarlah Tuhan kelak yang menghakimiku.”
Salonga,
Pergi – Tere Liye (Hal.107)
“Aku
tahu itu fiksi, Tuan Salonga. Cerita-cerita dongeng memang fiksi, tapi
inspirasi yang ditimbulkan jelas nyata. Dalam sistem dunia sekarang, pemerintah
tidak bisa dipercaya, dipenuhi politisi korup dan jahat. Sistem formal dan
legal dunia juga korup, kapitalisme, demokrasi, itu cara jahat yang
dilegalisasi. Kemiskinan dan kelaparan tetap ada di mana-mana, peperangan, ketidakadilan.
Sistem itu sudah rusak. Maka boleh jadi ada alternatif lain memperbaikinya. Lewat
Keluarga Tong, lewat penguasa shadow
economy. Saya ingin menjadi penyelesai masalah tingkat tinggi. Seperti Si
Babi Hutan.”
Rambang,
Pergi – Tere Liye (Hal.128)
“Saya
hanya ingin menjadi seperti yang saya bilang. Berpindah tempat, terbang ke
mana-mana, menggunakan seluruh kecerdasan dan ketangguhan fisik untuk
menyelesaikan misi. Itu keren sekali. Menjadi seseorang yang tersenyum di balik
semua kepalsuan hidup, saya ingin menegakkan kebenaran dan keadilan”.
Rambang,
Pergi – Tere Liye (Hal.129)
“Saya
akan membuktikan bahwa saya layak. Berkali-kali, berkali-kali, berkali-kali. Tidak
akan pernah berhenti.”
Rambang,
Pergi – Tere Liye (Hal.129)
“Dia
cerdas, tidak diragukan lagi. Berani, tentu saja. Dan punya hati yang teguh.”
Salonga,
Pergi – Tere Liye (Hal.130)
“Di
Negara-negara berkembang, partai politik, jabatan, dan kekuasaan tidak lebih
adalah mata pencaharian kelompok tertentu. Politisi hanyalah serigala rakus
yang memakai topeng seolah baik – mereka bukan patriot, juga jauh dari idealis,
uang adalah segalanya bagi mereka. Urusan konsesi akan selesai jika kami serius
akan mendukung kandidat presiden lainnya.”
Pergi
– Tere Liye (Hal.174)
“Kesalahpahaman,
bukan ? Catrina memang tidak menyukai pemuda yang berlagak di depannya. Itulah kenapa
dia masih lajang hingga hari ini, Samad. Dia membenci laki-laki, menjaga jarak,
kasar atau bahkan dalam level tertentu, dia membenci istilah ‘jatuh cinta’ itu
sendiri.”
Istri
Duta Besar, Pergi – Tere Liye (Hal.181)
“Tapi
Catrina, Samad adalah sahabat yang menyenangkan, dia tidak sedang berlagak, sok
akrab apalagi sok ramah. Dia memang seorang gentlemen
sejati, pemuda flamboyan. Bad boy.
Itulah gaya aslinya. Tidak dibuat-buat.”
Istri
Duta Besar, Pergi – Tere Liye (Hal.181)
“Dalam
banyak hal kita tidak bisa memilih waktu terbaik. Saat sesuatu itu datang, kita
hanya bersiap menghadapinya.”
Hiro
Yamaguchi, Pergi – Tere Liye (Hal.195)
Tapi
Hiro tetap berdiri gagah, apa pun yang tidak berhasil membunuhnya, justru
membuatnya semakin kuat.”
Salonga,
Pergi – Tere Liye (Hal.128)
“Dia
tidak mencari musuh dan menghindari kekerasan, tapi jelas, dia akan bertindak
jika orang lain menerang keluarganya lebih dulu.”
Salonga,
Pergi – Tere Liye (Hal.230)
“Itu
lagu yang sangaat indah. Sejak kecil Mama sering menyanyikannya untukku. Saat aku
takut tidur sendiri, saat aku susah memejamkan mata, Mama akan mengelus
kepalaku, lantas bernyanyi dengan suaranya yang merdu, hingga aku jatuh
tertidur dan bermimpi indah. Waktu itu aku tidak tahu apa arti kata-katanya,
itu bukan lagu anak-anak, tapi semakin besar, aku tahu maksudnya. Itu lagu
favorit Mama, aku sering menangkap basah Mama menyanyikannya saat sendirian –
dan Mama menangis.”
Diego,
Pergi – Tere Liye (Hal.246)
“Malam
itu, sekuat apapun Mama mengenyahkannya besok lusa, Mama telah jatuh, pada
seorang bad boy sejati. Kepada Padre.”
Diego,
Pergi – Tere Liye (Hal.247)
“Selain
memeluk kenangan, musik juga memberikan inspirasi. Musik bisa membuat kita
menangis, sekaligus membuat kita tersenyum, berterima kasih, termasuk berdamai.”
Pergi
– Tere Liye (Hal.250)
“Padre
adalah seseorang yang pandai bicara, memiliki selera humor baik – terlepas dari
gaya sok itu. Mama tertawa renyah beberapa kali mendengar lelucon Padre.”
Diego,
Pergi – Tere Liye (Hal.252)
“Aku
tahu kamu memiliki kemampuan tersenyum saat sedang menangis, tetap terlihat
biasa-biasa saja saat sedang terluka. Kamu bisa menutupi perasaan sesungguhnya.
Aku tahu itu.”
Catrina,
Pergi – Tere Liye (Hal.277)
“Bapak
memang bad boy, tapi dia bukan play boy. Dia tidak pernah berbohong,
atau menipu wanita yang pernah special dalam hidupnya.”
Si
Babi Hutan, Pergi – Tere Liye (Hal.278)
”Teman
seperjuangan lebih penting daripada bisnis itu sendiri. Lebih penting dari
pemerintahan. Persaudaraan adalah simbol kesetiaan, kehormatan.”
Pergi
– Tere Liye (Hal.283)
“Karena
itulah hakikat hidup, melewatinya seperti sungai yang mengalir, saat waktu
terus berjalan, hingga maut menjemput.”
Pergi
– Tere Liye (Hal.393)
“Saat
mati, semua akan tertinggal di belakang. Aduh, malangnya urusan ini, 40 tahun
itu tidak bisa diulang, tidak ada tombol replay, atau restart. Semua telah
terjadi. Semua telah tertinggal di belakang.”