Ternyata perasaan sedih terhadap satu orang yang coba kita tidak rasakan justru semakin memanggil perasaan sedih itu sendiri dan berbagai kenangan tidak kalah sedihnya tapi tidak saling terkait dengan orang yang sama. Aneh ya? Ya begitulah rahasia perasaan yang kadang tidak bisa kita jelaskan.
“Just hate everything right now”.
Itu adalah sebagian lirik dari lagu yang sedang saya dengarkan saat menuliskan ini, dengan aroma sandalwood yang menemani segelas air putih yang saya sediakan setiap pagi.
Lagu pengantar kesedihan yang paling sedih buat saya. Hate Everything by Golden. Lantunan suara lembutnya dan melodi yang seolah berbicara sama saya “I hate that I have to be strong”, dan makin membuat saya tidak keruan rasanya, iya saya lagi tidak suka untuk menjadi kuat, walaupun keseluruhan liriknya tidak tepat untuk menggambarkan yang saya rasakan saat ini, tapi beberapa bagian liriknya cukup mewakilinya.
Pagi ini saya lagi-lagi menyadari kalau apapun itu bentuk emosinya, termasuk perasaan sedih, terima saja, dipeluk erat rasa sedih itu, karena semakin ditolak, semakin melekat dan menyesakkan.
Kamu tahu tidak, penyebab kenapa ada seseorang yang tiba-tiba sedih dan ingin menangis?
Itu karena di waktu lampau, ia membungkam perasaan sedih dan menggantinya dengan perasaan bahagia, hanya untuk meyakinkan dirinya sendiri kalau ia baik-baik saja.
Yang dikemudian hari menjadi bom waktu, berupa isak tangis lantang yang jika orang lain bisa mendengarnya, juga bisa merasakan rasa sakitnya.
Rasa sakit yang sebelumnya ia simpan sendiri. Rapat-rapat.
***
Tulisan ini saya tutup dengan kalimat yang paling sering orang itu katakan, orang yang kepergiannya sebenarnya hanya sementara tapi sudah bisa saya rasakan kehilangannya.
“No matter how difficult something is, I will always be positive and smile like an idiot.”
Yeah.. see you when I see you my happy virus :')))
Jakarta, 22 Maret 2021