Merayakan perayaan. Bukan Juni. Bukan tiga belas.

July 22, 2019

anggrainicaa12//anggrainica.com

Mungkin bagi sebagian orang, ada satu atau lebih hari istimewa yang harus dirayakan, tapi untuk sebagian lainnya merasa nggak perlu.
Dan sebagian yang lainnya itu, gue.

Perayaan yang dimaksud adalah ulang tahun.
Pertambahan usia, perubahan akan banyak hal.
Udah dari lama gue ngerasa, nggak perlu merayakan hari lahir, gue akan fine-fine aja klo nggak ada orang yang inget, karena terkadang gue sendiri juga lupa. Tapi ada juga yang berpendapat kalau gue ini sulit banget ditebak, diketahui, ada juga yang bilang misterius. Termasuk cuma segelintir orang yang akan tau hari ulang tahun gue.

Ada salah satu senior gue, beberapa tahun yang lalu pernah nge-DM gue ngucapin selamat ulang tahun, tapi kecepatan dan dia bingung ini ulang tahun siapa, atau berpikir mungkin gue yang bohong(?) 


Jujur gue kaget ada yang ngucapin, karena info data diri terutama tanggal lahir memang gue private.
Tapi khusus momentum ini, gue bilang langsung.
Bukan Juni. Bukan tiga belas. 
Tapi.
Juli. Dua belas.

Gue nulis ini tanggal 13 Juli pagi dini hari, beberapa jam setelah tanggal lahir gue 25 tahun yang lalu.
Iya. Sudah 1/4 abad ada di bumi melewati semua fase yang datang dan pergi, silih berganti. Gue masih ngerasa umur gue yang mencapai usia ini, masih gini-gini aja. Masih belum banyak perubahan, masih belum banyak yang bisa dilakukan.

Tapi gue bersyukur untuk orang-orang yang ada di sekeliling gue yang benar-benar dekat, walaupun jumlahnya nggak banyak. Tapi terima kasih karena sudah selalu sabar menghadapi gue yang seperti ini.
Yang kadang insecure, sedikit keras kepala, sulit ditebak, sensitif, cengeng, dan yang lainnya.

Untuk beberapa hal yang menurut kalian sulit ditebak, gue memang membagi beberapa hal itu ke keluarga, ada hal-hal yang gue nyaman sharing ke orang lain ada juga yang enggak.
Dan gue pasti akan terbuka, tapi tunggu waktunya, gue pasti akan dengan sendirinya nge-bagi pengalaman atau moment itu. Gue bukan orang yang seneng ngasih tau apa yang sedang gue kerjakan ke banyak orang, yang hasilnya pun belum kelihatan, gagal atau enggak-nya. Tapi sedikit demi sedikit gue belajar untuk share atau posting sesuatu itu di sosial media, terkesan monoton (mungkin) tapi buat gue seneng aja ngelakuinnya, apalagi klo ada orang lain yang tertarik juga mau ikutan. Gue juga belajar untuk unprivate  social media yang gue punya, tbh it's a big deal for me (jiwa introver ku bergetar😂).

Walaupun masih ada beberapa complain Dari temen-temen gue, karena comment di IG stories gue di non-aktifkan.
Alasannya sederhana sebenarnya, gue nggak mau terlalu ramai, apalagi di dunia maya, lebih capek aja buat gue hehehehe. Toh gue bukan siapa-siapa.
Complain yang sering dilontarkan ke gue;
"Shombonggg banget sih storiesnya ga di aktifin komennya".
"Gue klo mau komen stories lu ribet nih sekarang."
"Kak, lu mah komennya di private"
Dan lainnya, tapi lebih sering diceletukin 
"S o m b o n g"
Itu kayaknya udah jadi makanan sehari-hari gue, jadi biasa aja, nggak sakit hati juga. Karena klo udah deket dan beneran kenal, nggak akan pernah complain begitu, emang B aja anaknya akutu.
Biasanya malah gue iya-in. 
Iya emang gue sombong.
Gue songong. Yaudah deh biarin aja 😂😂😂. 
Komentar kayak gitu, nggak pernah gue bawa ke hati. 

Tapi jujur ya enaknya, membatasi seberapa banyak orang yang bisa berinteraksi ke kita itu enak, ke filter dengan sendirinya. Less drama.
Misal, klo gue lagi update stories di IG, orang-orang yang mau kasih opini, atau sekadar ngereceh bareng emang yang beneran niat, bukan yang nanti kita bales reply-an dia terus di read aja. Eh. Hahahaha. Atau cuma mau berdebat nggak jelas.
Karena mau nggak mau, suka nggak suka, mereka harus ngeluarin effort lain, yaitu nge-reply by DM nggak bisa langsung.

Sama halnya dengan perayaan ulang tahun, kenapa buat gue ngerasa nggak perlu di rayain, tiup lilin dan sebagainya. Dan sama seperti stories IG, biarlah orang-orang yang mengucapkannya adalah orang-orang yang dengan sukarela mau mengucapkan dan mendoakan, tanpa ada paksaan dan rasa nggak enak hati kalau enggak ngucapin. Jangan begitu ya. Buat gue itu nggak masalah. Gue akan tetap ingat beberapa tanggal lahir kalian juga walaupun nggak gue ucapin (tbh kayak yang sebelumnya gue bilang, kadang sama hari  lahir sendiri aja lupa). Gue akan ingat hal-hal apa aja yang udah kita lewatin, dari yang konyol sampai yang nggak bisa diketawain, dari yang buat sesak nafas sampai yang buat plong.
Karena buat gue eksistensi hari lahir, bukan lagi tentang seberapa banyak ucapan yang kita terima, seberapa banyak kue yang kita dapat, seberapa banyak kado yang orang berikan, seberapa tak terhingga-nya surprise yang di siapkan. Bukan.

Buat gue hari lahir, adalah bagaimana gue bisa menghargai diri gue sendiri karena udah diberikan kesempatan lahir dan tumbuh, seberapa banyak gue bisa memberikan kebahagiaan ke orang yang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan dan membesarkan gue dan gimana caranya untuk tidak sering mengecewakan beliau. Juga mensyukuri banyak hal yang nggak bisa di konversi ke bentuk materi, yang nggak bisa dibeli, ditukar, diganti, diberhentikan atau diputar.
Waktu.

Semoga semakin bertambah-nya usia, gue semakin bisa menggunakan waktu gue yang tersisa dengan hal-hal yang jauh lebih baik, dan berguna untuk gue sendiri dan juga banyak orang. Karena secara harfiah perayaan hari lahir itu hanya menambah angka, tapi mengurangi waktu yang kita punya.

Terakhir untuk diriku sendiri.
Terima kasih banyak, untuk segala juangmu yang tidak pernah mau kamu tinggalkan begitu saja, tidak mau setengah-setengah, juga tidak mau setengah jalan. Untuk setiap proses jatuh-bangun dan letihnya. Terima kasih karena sudah bertahan.
Mungkin waktu yang kamu perlukan akan sedikit lebih lama dari yang seharusnya, tapi semoga waktu yang kamu miliki juga cukup untuk mewujudkannya.
I love myself 3 billion and still counting, coz I know I am priceless. Uwu.




You Might Also Like

0 Comments