Aku mendongeng VI

September 24, 2018

Nyonya.. Nyonya. Nonaa.. Maaf.. Petugas itu mencoba membangungkan, dia mengecek seluruh gerbong dan mendapati masih ada dua orang yang terlelap di bangku penumpang.

Aku merasakan ada yang mengguncang bahuku.
"Hoaamm!!" Aku menguap, belum sepenuhnya tersadar, mengusap mata dan kemudian merasa malu karena dilihat dan ditunggui oleh orang yang tidak ku kenali dengan seragam rapi.
Aku langsung merapikan jaket, duduk tegap, selepas aku mendapatkan penuh kesadaranku.
"Maaf Herr Robert, kami merepotkan karena tertidur dan tidak tahu kalau kereta sudah sampai di pemberhentian terakhir." Aku melihat nama yang terdapat di seragamnya dan berusaha seramah mungkin, meminta maaf.
"Tidak apa-apa Frau?" Dia menghentikan kalimatnya.
"Ah entschuldigung, Mein Name ist Frau Rona."
"Oke Frau Rona, tidak apa-apa tapi lain kali jangan terjadi lagi, bagaimana kalau tadi orang yang jahat yang sampai disini terlebih dahulu."
"Ja, danke Herr Robert." Aku tersenyum kikuk, tidak terpikir sampai kesana.
Tidak lama Herr Robert pergi meninggalkan kami, aku baru saja ingin membangunkan Bibi Lilian.

"Hahaha!! Nana coba lihat wajahmu. Namamu memang cocok sekali, merah merona ketika sedang malu. Astaga! Apa petugas tadi menyadari kalau warna wajahmu berubah." Bibi Lilian meledekku, dia sudah tau ada petugas yang datang, tapi sengaja melanjutkan tidurnya, tepatnya Bibi pura-pura tidur, dia ingin aku yang lebih dulu bangun dan ditegur oleh petugas itu.
"Shut up Bibi!!"

Aku segera berlari ke luar gerbong kereta. Aku tidak suka, kenapa Bibi harus pura-pura tidur kalau dia memang sudah bangun lebih dulu. Aku tau, aku memang tidak pernah berbicara dengan orang asing, tidak pernah nyaman bahkan untuk sekedar menanyakan alamat ketika sedang kebingungan di jalan. Aku lebih suka mengandalkan diri sendiri dan Bibi jelas tau akan hal itu. Seharusnya tadi Bibi membantu aku berbicara, daripada aku yang berbicara dengan wajah merah padam menahan malu.


Aku melihat mobil sedan berwarna hitam dengan plat nomor yang ku kenali terparkir di luar stasiun, sudah menunggu.
"Jalan Pak." Aku langsung masuk, tidak menengok ke belakang. Membanting pintu.
"Tapi non, seperti.." 
"Langsung jalan Pak, kumohon." Aku memotong perkataan Pak Yosh yang belum selesai, aku tidak ingin mendengarkan siapapun saat ini.



Mobil melaju, membelah langit gelap. Waktu menunjukkan pukul 19.30. Aku meninggalkan stasiun itu, tidak menengok ke belakang sekalipun, mobil melaju semakin jauh.

<To be continue..>










You Might Also Like

0 Comments